SEHARI DI MADURA
Di posting-an
sebelumnya aku sudah menulis tentang Gili Labak di Madura. Gili labak memang
sangat indah. Lebih dari cukup untuk membayar perjalanan ke pelabuhan paling
timur di kabupaten paling timurnya Madura, dilanjutkan perjalanan dengan kapal
nelayan. Tapi, sayang sekali jika sudah sampai di kabupaten paling timur Madura
ini (Sumenep) hanya mengunjungi Gili Labak. Terus mau ke mana lagi? Sebagian
besar orang pasti berpikir di Madura tidak ada hal menarik lain yang bisa
dieksplorasi. Cuacanya panas, tanahnya tandus, heemm.. Jangan salah, banyak loh
tempat menarik yang bisa dikunjungi di Madura. Berikut rekomendasi tempat
menarik di Madura, tepatnya di Sumenep, yang memungkinkan untuk dikunjungi
dalam sehari:
Jika melihat
ladang garam di siang hari, tentu kita akan malas beranjak dari mobil ber-AC.
Tapi, pernahkah berpikir untuk jalan-jalan di ladang garam pada pagi hari?
Menurutku ini adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke
Madura.
Di Sumenep,
daerah yang banyak terdapat ladang garam adalah desa Gersik Putih. Sebagian
besar ladang milik PT Garam, sebagian lagi milik masyarakat. Petani garam di
sini biasa bekerja di ladang garam milik pribadi pada pagi hari, baru pada
siang hari mereka bekerja di ladang PT Garam. Jika hanya ingin jalan-jalan,
kita bisa dengan bebas masuk ke sini kok. Tapi kalau mau “kulonuwon” dulu,
silakan ke kantor balai desa. Tapi aku sih nggak recommended ya, soalnya kantor
ini sepiiii sekali, jarang ada orang, karena pegawai balai desa juga petani
garam, jadi mereka ngantornya sekali-sekali saja, hahaha. Jadi mendingan slonong
boy aja lah xD
Waktu paling
tepat datang kemari adalah setelah subuh. Kita akan disuguhkan pemandangan
langit Madura yang masih cukup gelap bertabur bintang. Ambil lah posisi duduk
di saung maupun jembatan menghadap timur untuk menikmati pemandangan bulan
berganti tempat dengan matahari a.k.a. matahari terbit. Setelah langit mulai
terang, kita bisa berolahraga ringan seperti jongging maupun bersepeda di
pematang ladang. Udaranya benar-benar sejuk, sejenak kita mungkin tak sadar
jika sedang berada di Madura.
Tips:
Bagi yang ingin
mengabadikan video matahari terbit harus sabar menunggu hingga sekitar pukul
09.00, karena matahari baru benar-benar bulat. Aku dan VJ-ku sempat tak sabar,
hingga pukul 08.00 matahari tidak juga bulat utuh. Kami pikir memang hari itu
matahari tertutup awan, padahal para petani garam sudah mengingatkan untuk
sabar sebentar lagi. Tapi kami tetap ngeyel dan bergegas mengambil gambar yang
lain, takut cuaca keburu panas sementara liputan ini adalah liputan “spirit of
sunrise”, mana ada sunrise alamnya terang-panas kan, hahaha.
Tapi benar
adanya jika yang benar-benar tahu suatu daerah adalah warga lokal itu sendiri.
Baru sekitar 20 menit mengambil gambar kegiatan para petani garam bekerja,
matahari menampakan diri seutuhnya. Kata salah seorang petani garam, di sini
matahari memang baru benar-benar terbit sekitar jam 09.00, meski jam 05.00
langit sudah mulai terang. Hampir dipastikan setiap hari kita bisa melihat
matahari terbit di sini sampai bulat utuh karena langit Madura yang sangat
bersih. Jadi kalau matahari belum juga menampakan wujudnya, yang dibutuhkan
hanya kesabaran menanti.
Karena kurang puas, keesokan harinya kami kembali
lagi khusus untuk mengambil gambar matahari terbit. Beruntung kali ini tak
sampai jam 08.00 matahari sudah menampakan dirinya dengan sangat cantik. Usaha
kami pun tak sia-sia. Penasaran dengan cantiknya matahari terbit di Madura?
Berikut link liputan kami:
Selain sate
Madura yang terkenal dimana-mana, ada lagi kuliner khas Madura yang harus
dicoba, yaitu kaldu kokot. Kaldu berarti kuah kental, sementara kokot artinya
kikil. Jadi kaldu kokot bisa diartikan sebagai kuah kental bertabur kikil.
Uniknya, kuah kental ini terbuat dari kacang hijau, seperti bubur. Jadi, kalau kebanyakan bubur kacang hijau rasanya manis,
di Madura bubur kacang hijau berasa gurih. Karbohidrat yang dipilih untuk
mendampingi kaldu kokot biasanya ketupat. Rasanya enak sekali! Aku mencoba
kaldu kokot ini di rumah seorang narasumber. Tapi sebenarnya kaldu kokot ini
mudah ditemui dimana-mana, termasuk di sekitar keraton Sumenep. Setelah makan
kaldu kokot, tak ada salahnya mampir ke keraton Sumenep. Biayanya gratis, hanya
isi buku tamu saja :D
Tradisi karapan
sapi sudah mendarah daging bagi masyarakat Madura. Dulu, sapi karapan digunakan
untuk menggemburkan tanah Madura yang tandus hingga sekarang bergeser menjadi
pesta rakyat. Setiap tahun pasti ada agenda karapan sapi besar-besaran. Tapi,
jika kita tidak bisa ke Madura saat hajatan rakyat tersebut berlangsung, jangan
sedih. Setiap sore para pemilik sapi karapan datang ke stadion untuk melatih sapi-sapinya,
lokasinya masih di tengah kota. Pemandangan joki terpental-pental menunggang
sapi yang berlari kencang, ramainya warga lokal yang menonton, serta
hiruk-pikuk pedagang makanan, akan meramaikan sore kita di Madura.
Malam Di
Alun-Alun Sumenep
Saat hari mulai
gelap, ini lah waktunya mencari keramaian di alun-alun. Alun-alun berada tepat
di seberang keraton Sumenep. Satu yang sangat menarik perhatianku di alun-alun
Sumenep ini adalah odong-odongnya. Berbeda dengan odong-odong yang sering
kutemui, odong-odong di Madura ini sangaaaatttt besar! Belum lagi kelap-kelip
lampunya dan suara musik jedag-jedug yang seolah sangat minta diperhatikan.
Tapi, kata seorang narasumberku di Madura, odong-odong di alun-alun ini belum
ada apa-apanya dibanding odong-odong yang akan keluar kandang saat festival, WOW!
Selain bisa keliling alun-alun dengan odong-odong raksasa, kita juga bisa
mencicipi aneka kuliner di sekitar alun-alun diiringi alunan musik Madura remix
dangdut yang berasal dari PKL-PKL CD bajakan, hahaha.
Sampai saat ini aku tidak menemukan hostel di Sumenep (berdasarkan pencarian di website pencari hostel), yang ada
hanya beberapa hotel. Tapi jangan minder dulu, hotel-hotel di Madura
murah-murah kok. Kamar standar masih di angka Rp 100.000-an. Itu hotel loh ya,
bukan hostel yang ada kamar single atau dormitory-nya, jadi otomatis satu kamar
bisa diisi ber-2, bisa patungan deh sama teman, hahaha.
Waktu itu aku menginap di Hotel Suramadu. Lokasinya
sangat strategis, berada di tengah kota. Menurutku hotel ini udah paling da
best lah! Aku terkaget-kaget karena harga kamar paling mahalnya tidak sampai Rp
300.000,00, padahal jatah hotel dari kantor Rp 550.000,00, merasa rugi, hiks.
Tapi meskipun murah, hotelnya nggak abal-abal kok. Kamarnya bersih, kasurnya
super besar dan empuk, dan yang penting ber-AC (penting banget nih berhubung
Madura panas). TV-nya besar, flat screen, dan ada saluran berlangganan. Ada
dispenser di setiap kamar, jadi nggak usah beli air mineral lagi, bisa ambil
sepuasnya, kalau habis tinggal minta anterin galon lagi via telepon. Ada meja
kerja, meja rias, lemari, kursi buat selonjoran, semua furniture-nya terbuat dari
kayu jati. Kamar mandinya besar, bersih, pakai shower, dan ada water heater. Semua
tipe kamar dapat fasilitas breakfast, pilihannya nasi goreng/roti panggang dan teh/kopi,
semanya enak! Pokoknya mantap!
Untuk update harga dan lihat-lihat kondisi
hotelnya silakan kunjungi blog resmi Hotel Suramadu berikut:
#HOW
TO GET THERE
Mengingat transportasi Indonesia yang masih
belum baik, terutama di daerah, aku sarankan untuk menggunakan mobil rental
selama di Madura, pasti banyak kok. Harganya standar, masih sekitar Rp
500.000,00 per hari. Aku sendiri menggunakan rental Jawa Timur, mereka sudah
terbiasa bawa media. Jadi aku dijemput dari Bandara Juanda, Surabaya dan
diantarkan lagi ke sana. Praktis dan lebih ekonomis (kalau banyakan, hahaha).
Jika ada yang tertarik menggunakan rental yang aku gunakan, boleh hubungi aku via
email yang ada di kolom contact. Pelayanan memuaskan deh!