Senin, 07 November 2016

MALAYSIA: NEGARA TRANSIT YANG SEMPURNA


Dari Singapura, kami melanjutkan perjalanan ke Malaysia. Sebenarnya aku dan pacarku sudah pernah ke sana dan tidak terlalu bersemangat untuk datang dua kali. Tapi kalau mau ke Thailand melalui jalur darat dari Singapura ya mau tidak mau harus melewati Malaysia. Teman traveling kami yang satu lagi pun belum pernah ke Malaysia dan dia ingin sekali foto di Menara Kembar Petronas. Ya sudah lah kami ke sana lagi, tapi tidak menginap. Misi utama kami adalah berfoto di Menara Petronas yang menyala di malam hari, karena waktu pertama kali kami ke Malaysia kami tidak sempat berfoto di depan Menara Petronas yang lampunya sudah dinyalakan.

TRANSPORTASI
Kendaraan jalur darat Singapura-Malaysia terbaik adalah kereta api. Tapi mereka punya tarif yang aneh (menurutku). Jadi nominal harganya sama, misalkan untuk satu kali trip 45. Kalau kita melakukan perjalanan dari Malaysia ke Singapura berarti harganya 45 RM (sekitar Rp 135.000,-). Tapi kalau kita melakukan perjalanan dari Singapura ke Malaysia harganya 45 SGD yang kalau dirupiahkan jadi sekitar Rp 405.000,-. Bagi kami yang menggunakan Rupiah kan ini semacam kesenjangan yang terlalu (FYI ini juga berlaku untuk harga makanan dan minuman di kedua negara).

Jadi, memang lebih hemat dan praktis kalau kita melakukan perjalanan kereta Malaysia-Singapura. Tapi, kalau kita harus melakukan perjalanan sebaliknya, tetap ada cara iritnya kok! Pertama, dari Singapura kita naik MRT ke Stasiun Kranji. Dari sana kita naik bus untuk menyeberang Singapura-Malaysia. Ada beberapa pilihan bus, tapi saat itu kami menggunakan Cause Way Link 1/CW1 (www.causewaylink.com.my). Tarifnya hanya 1 SGD dan memang bus itu hanya menyeberangkan kita melewati jembatan di atas laut antara Singapura-Malaysia yang tidak begitu panjang.

Begitu turun dari bus, kita sudah berada di wilayah Malaysia, tepatnya di Stasiun Johor Bahru (JB) Sentral. Tentu kita harus melalui pemeriksaan imigrasi dan menunjukan passport. Aku agak lupa pemeriksaan imigrasi itu setelah turun dari bus atau sebelum naik bus. Pokoknya ikuti saja arahan petugas.

Sleeper train Kereta Api Tanah Melayu Berhad, super nyaman!
Nah karena sudah di Malaysia, kita bisa menikmati tarif kereta dengan harga Ringgit. Saat itu kami melakukan perjalanan malam dari JB Sentral ke Kuala Lumpur (KL) Sentral dengan sleeper train Kereta Api Tanah Melayu. Kereta berangkat jam 23.35 waktu Malaysia dan kami tiba di Kuala Lumpur pukul 7.30. Ada baiknya kita pesan tiket terlebih dahulu di www.ktmb.com.my karena tiket sleeper train cepat sekali habis. Pacarku yang satu-satunya cowok dalam rombongan jadi harus mengalah naik kereta kelas biasa (duduk) padahal tarifnya tidak jauh beda. Kata pacarku, AC di kelas itu dingin sekali sampai mau mati. Aku nggak tahu dia lebay atau gimana, tapi pacarku memang agak norak sama AC, wkwkwk.

NEGARA TRANSIT YANG SEMPURNA
Kenapa aku bilang negara transit yang sempurna? Karena kita bisa menjelajah Malaysia selama sehari dengan kemudahan yang ada tanpa menginap dan tanpa membawa backpack! Begitu sampai di KL Sentral, kita seperti berada di tengah jaringan stasiun besar yang tentu mempermudah kita pergi kemana-mana dengan fasilitas ala mall di dalamnya. Bagi yang tidak membawa peralatan mandi ada tempat untuk membelinya, bagi perempuan yang tiba-tiba datang bulan dan tidak bawa pembalut juga sudah pasti ada. Lapar belum sarapan? Restoran fast food berjajar siap mengenyangkan perut sebelum menjelajah Malaysia.

Kami bergegas ke mushola untuk subrang alias subuh kabeurangan atau kesiangan dalam Bahasa Sunda, ya daripada tidak sama sekali kan :p Selanjutnya kami ke toilet umum yang super besar dan super nyaman. Di sini kita bisa sikat gigi, cuci muka, ngelap badan, bahkan mandi kalau tidak malas antre. Selanjutnya kita menyewa loker untuk menitipkan backpack selama jalan-jalan di Malaysia. Cape juga kan kalau harus bawa-bawa backpack yang isinya perbekalan selama dua minggu menjelajah Asia Tenggara? Untungnya Malaysia sangat mengerti itu dengan menyediakan penyewaan loker. Jadi kami cukup membawa ransel kecil yang diisi barang-barang penting kami.

WISATA SINGKAT DI PUTRAJAYA
Karena waktu kami terbatas, tentu kami harus memilah-milah akan jalan-jalan ke mana. Pilihannya saat itu adalah Melaka dan Putrajaya. Mamaku yang pernah ke Malaysia dan banyak mengunjungi daerah-daerahnya bercerita kalau Melaka seperti kota tua Jakarta sementara Putrajaya adalah kawasan pemerintahan terpadu yang sangat modern. Heemm, kalau seperti kota tua Jakarta sih sudah biasa lihat berarti ya, kalau begitu kami pilih ke Putrajaya.

Suasana kereta KLIA Transit, duduknya hadap-hadapan.
Transportasi ke Putrajaya menggunakan kereta KLIA Transit. Tarifnya cukup mahal, yaitu 9,5 RM atau sekitar Rp 28.500,-, tidak seperti tarif monorail yang menghubungkan daerah-daerah di Kota Kuala Lumpur yang relatif murah. Tapi memang KLIA Transit ini menghubungkan daerah-daerah yang cukup berjauhan. Dari Stasiun Putrajaya kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus 902 untuk masuk ke dalam kawasan pemerintahan terpadu. Sementara untuk berkeliling di dalam kawasan kita bisa naik bus yang tarifnya 50 sen RM sekali trip jauh/dekat. Siapkan uang pas karena bus tidak melayani kembalian.

Sesampainya di dalam kawasan sebenarnya aku sedikit kecewa. Dalam hati aku bilang "Oh, gini doang." Sudah begitu, kami kena scam/penipuan di sana. Begitu kami datang, ada tukang foto yang manawarkan memotret kami. Kami sudah menolak dan bilang kami tidak akan membeli foto yang dicetak, tapi dia bilang ini gratis dan ini pelayanan dari Putrajaya, akhirnya kami meng-iya-kan. Tapi setelah foto-foto, kami dipaksa membeli fotonya. Aku lupa berapa harganya tapi yang jelas mahal! Selayaknya kawasan pemerintahan seperti di Senayan, Jakarta, makanan di sini juga mahal-mahal. Tidak cocok lah untuk budget traveler seperti kami. Sempat menggerutu juga kenapa sih nggak ke Melaka saja, kayaknya lebih bagus. Atau ke Batu Caves yang jaraknya masih cukup dekat.

Masjid Putra dan jubahnya, kayak jubah Hogwarts Harry Potter ya? xD
Satu-satunya hal menarik di Putrajaya dan sedikit mengobati kekecewaan adalah Masjid Putra. Arsitektur dan desain interiornya bagus, bikin betah berlama-lama ibadah. Sebenarnya masjid ini mirip dengan Masjid Kubah Emas di Depok, Jawa Barat, yang lebih dulu ada. Hanya saja yang unik dari masjid ini kita tidak boleh masuk dengan baju yang tidak syar'i (berkerudung tapi pakaian masih membentuk lekuk badan), apalagi tidak pakai kerudung. Tapi jangan khawatir, manajemen masjid sudah menyiapkan jubah untuk pengunjung yang dipinjamkan secara gratis.

MISSION ACCOMPLISHED
Setelah puas keliling Putrajaya yang sebenarnya agak mengecewakan itu, tiba saatnya kami menjalankan tugas mulia, mengantar teman kami berfoto di Menara Petronas. Ikon Malaysia itu letaknya di Kuala Lumpur City Center (KLCC). Saat itu hari masih sore dan masih cukup terang untuk mengambil gambar Menara Petronas sebelum lampunya dinyalakan. Sambil menunggu malam, kami berjalan-jalan di Suria KLCC Mall yang lokasinya sangat dekat dengan Menara Petronas. Satu gerai yang wajib dikunjungi di sini adalah VNC (Vincci), brand fashion asal Malaysia yang harganya relatif terjangkau. Dulu sih VNC ini belum masuk ke Indonesia, jadi kalau ke Malaysia sayang banget kalau nggak bawa pulang barang VNC. Walaupun sekarang VNC sudah ada di mall-mall Indonesia, tetap saja sayang kalau tidak mampir beli VNC di Malaysia karena harganya tentu lebih murah kalau beli di negara asalnya.

Foto full team penjelajah Asia Tenggara
Akhirnya punya foto dengan background Petronas nyala :') Maafkan ya angle fotonya ganggu T_T
Setelah lewat Maghrib kami yakin Menara Petronas di luar sana telah menyala. Ternyata Menara Petronas bagus sekali jika dilihat malam hari. Air-air mancur di sekitar taman pun menari-nari dihiasi lampu warna-warni. Kami pun memuaskan diri berfoto-foto sebelum akhirnya mengambil backpack kami di KL Sentral dan melanjutkan perjalanan ke Thailand. Mission accomplished!

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar